Share

Peta pesat Pesantren bersejarah di Jombang, menampilkan lokasi, tahun berdiri, dan tokoh pendiri.

ISNU Jatim & Pesantren Jombang: Tradisi Islam Moderat di Jawa Timur

Jombang merupakan jantung peradaban Islam moderat di Jawa Timur, di mana pesantren-pesantren bersejarah dan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jatim bersinergi menjaga nilai-nilai wasathiyah dalam dinamika keberagamaan Indonesia. Kabupaten yang dijuluki Kota Santri ini telah melahirkan ulama besar, kiai berpengaruh, dan menjadi benteng moderasi beragama sejak lebih dari satu abad silam.

Jombang Sebagai Pusat Pesantren Islam Moderat

Jombang memiliki sejarah panjang sebagai basis pendidikan Islam yang mengedepankan moderasi sejak akhir abad ke-19. Pondok Pesantren Tebuireng yang didirikan KH. Hasyim Asy’ari menjadi simbol utama tradisi pesantren Nahdlatul Ulama yang mengajarkan nilai-nilai wasathiyah, samahah (toleran), dan hiwar (dialog). Pesantren ini tidak hanya melahirkan santri yang faham agama, tetapi juga tokoh nasional seperti KH. Wahid Hasyim dan Gus Dur yang dikenal sebagai pembela pluralisme dan keberagaman.

Selain Tebuireng, Jombang juga menjadi rumah bagi pesantren bersejarah lainnya seperti Pondok Pesantren Darul Ulum yang didirikan sejak 1885 oleh KH. Cholil Bangkalan. Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, yang berdiri sejak 1825, kini menampung lebih dari 11.200 santri dari seluruh Indonesia dan menjadi salah satu pesantren terbesar di Jawa Timur. Tradisi nyantri di Jombang bahkan menarik kalangan lansia yang ingin mendalami ilmu dzikir dan spiritualitas Islam.

Moderasi beragama yang diajarkan di pesantren-pesantren Jombang berdiri pada tiga pilar utama: wasathiyah (moderat), samahah (toleran), dan hiwar (dialog). Pesantren juga berperan sebagai wadah anti-terorisme dan radikalisme, seperti yang diakui oleh Dirjen Pendidikan Kemenag RI dalam workshop moderasi beragama di Tebuireng.

Tiga pilar utama moderasi Islam di Jombang: wasathiyah, toleransi, dan dialog.
Pilar moderasi Islam ala Jombang: keseimbangan, toleransi, dan dialog lintas agama.

ISNU Jawa Timur: Gerakan Sarjana NU untuk Moderasi

ISNU Jawa Timur di bawah kepemimpinan Prof. Dr. H. Mas’ud Said memiliki lima program strategis untuk periode 2023-2028, yang semuanya berpijak pada penguatan ideologi Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) sebagai perekat Islam Indonesia dan inspirasi dunia. Program-program tersebut meliputi penguatan ideologi Aswaja, penguatan koordinasi dengan badan otonom NU (Muslimat, Fatayat, Ansor, IPNU-IPPNU, PMII), pemanfaatan teknologi informasi organisasi, penguatan kualitas kepemimpinan melalui kaderisasi, serta penguatan sosial-ekonomi dan kultural seperti istighotsah dan pengajian yasin.

ISNU tidak hanya fokus pada aspek ideologis, tetapi juga kontribusi praktis bagi masyarakat seperti program kesehatan dan vaksin di pesantren, pemberdayaan UMKM, serta beasiswa untuk generasi muda sarjana NU. Di tingkat cabang, ISNU Jombang yang dipimpin Abdullah Aminuddin Azis (Wakil Rektor Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng) telah menetapkan target membentuk 21 Pimpinan Anak Cabang (PAC) di seluruh kecamatan di Kabupaten Jombang pada masa khidmat 2025-2029.

Pelantikan pengurus PC ISNU Jombang pada 26 Agustus 2025 menandai kolaborasi erat antara sarjana NU dan Pemerintah Kabupaten Jombang untuk menyukseskan program pembangunan daerah yang berlandaskan moderasi beragama. ISNU Jombang menyejajarkan program kerjanya dengan PP ISNU dan kebijakan Pemkab Jombang, yang juga memiliki wadah Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) untuk memfasilitasi kebutuhan berbagai agama.

Kiai Jombang dan Warisan Moderasi Beragama

Kiai-kiai Jombang memiliki peran sentral dalam membentuk wajah Islam moderat di Indonesia. KH. Hasyim Asy’ari, pendiri NU dan Pesantren Tebuireng, dikenal sebagai ulama yang belajar di puluhan pesantren dalam dan luar negeri, termasuk 7 tahun di Makkah bersama Syekh Mahfudz Tremas, Syekh Nawawi Banten, dan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau. Kedalamannya dalam ilmu agama menghasilkan generasi ulama besar yang meneruskan misi moderasi.

KH. M. Bisri Syansuri, tokoh pendiri NU yang mendirikan pondok pesantren pada 1923, juga menjadi salah satu rujukan keilmuan Islam di Jombang. Tradisi intelektual yang dibangun para kiai ini kemudian mempengaruhi tokoh-tokoh nasional seperti Nurcholish Madjid, yang meskipun belajar di Pesantren Gontor Ponorogo, pemikirannya tentang Islam moderat sangat dipengaruhi oleh tradisi pesantren Jawa Timur yang menekankan keseimbangan antara pendidikan agama dan umum.

Abdurrahman Wahid (Gus Dur), cucu KH. Hasyim Asy’ari, menjadi representasi sempurna moderasi beragama dengan pemikiran yang menghargai perbedaan, meningkatkan pemahaman lintas agama, mempraktikkan nilai-nilai agama, menciptakan dialog, dan menjaga sikap tenang tanpa mudah terprovokasi. Peringatan 15 tahun wafatnya Gus Dur di Pesantren Tebuireng menjadi momentum untuk meneguhkan kembali masa depan moderasi beragama di Indonesia.

Produk Hukum dan Kontribusi Sosial ISNU Jombang

ISNU Jatim & Pesantren Jombang: Tradisi Islam Moderat di Jawa Timur
Lima program strategis ISNU Jatim untuk memperkuat moderasi Islam dan sinergi pesantren di Jawa Timur.

ISNU Jombang dan ISNU Jatim secara aktif terlibat dalam kajian strategis yang menghasilkan produk pemikiran untuk menjawab tantangan zaman. ISNU Jatim pernah menggelar kajian strategis industri halal, yang menunjukkan kepedulian organisasi terhadap isu ekonomi syariah dan perlindungan konsumen muslim. Hal ini sejalan dengan visi mewujudkan “ISNU yang kuat, Nahdlatul Ulama bermartabat menuju Kabupaten Jombang yang maju dan sejahtera”.

PC ISNU Jombang beranggotakan tokoh masyarakat, akademisi, dosen, aktivis, pakar, dan pegiat media dari berbagai profesi. Keberagaman latar belakang ini memungkinkan ISNU menjadi wadah yang mendorong tumbuhnya generasi terbaik dan berpengaruh dalam pengembangan akademik, keagamaan, kenegaraan, dan kemasyarakatan.

Kontribusi ISNU juga terlihat dalam apresiasi terhadap sarjana muda yang berprestasi, seperti program pemberian penghargaan kepada wisudawan terbaik (cumlaude) sebagai ikhtiar mengenalkan NU kepada generasi muda terdidik. ISNU juga membantu para sarjana mempublikasikan hasil pemikiran ilmiah dalam bentuk buku yang kemudian didonasikan ke perpustakaan universitas Islam di seluruh Indonesia.

Moderasi Beragama dalam Praktik Kehidupan

Moderasi beragama di Jombang bukan sekadar konsep teoretis, melainkan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Pemerintah Kabupaten Jombang melalui FKUB memfasilitasi pembangunan tempat ibadah berbagai agama, termasuk pelantikan pendeta di Pendopo Jombang, yang menunjukkan komitmen kuat terhadap kerukunan umat beragama.

Pesantren-pesantren di Jombang juga mengintegrasikan pembelajaran Al-Qur’an, fikih, dan tafaqquh fiddin (pemahaman mendalam tentang agama) dengan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Workshop moderasi beragama yang melibatkan Ma’had Aly bertujuan melahirkan insan-insan berjiwa moderat yang mampu mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan, bukan hanya sebatas teori.

Lima cara mengaplikasikan moderasi beragama yang diajarkan di Jombang meliputi: menghargai perbedaan, meningkatkan pemahaman lintas agama, mempraktikkan nilai-nilai agama, menciptakan dialog terbuka, serta menjaga sikap tenang dan tidak mudah terprovokasi. Pendekatan ini menjadikan Jombang sebagai model kerukunan yang dapat diadopsi daerah lain di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

POPULER

Paling Banyak Dibaca