Share

Moderasi Beragama dan Kewaspadaan Dini

Moderasi Beragama dan Kewaspadaan Dini

Dr. H. Sholehuddin, M.Pd I (Instruktur Nasional Moderasi Beragama)

Kamis (6/11) lalu saya diminta mengisi Moderasi Beragama oleh Bakesbangpol Sidoarjo. Lokasinya di kawasan Desa Wisata Sumber Gempong Trawas. Ada hal yang tidak biasa, selain giat ini kerjasama dengan anggota dewan temanya juga keren, mengaitkan moderasi beragama dengan kewaspadaan dini. Saya pun menyiapkan bahan sampai lembur karena ada hal baru yang harus disesuaikan. Saya juga mengira yang hadir tokoh agama dari unsur MUI, FKUB dan ormas Kabupaten Sidoarjo, ternyata tidak.

Setelah sampai lokasi dan menunggu beberapa waktu, barulah rombongan peserta datang. Ternyata pesertanya adalah ibu-ibu PKK, pengurus RT dan RW se-Kelurahan Sidokepung Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo. Maka sepontan saya harus mengubah teknik.
Selama ini jika diminta pengajian PKK RW ataupun kelurahan, saya selalu sisipkan pesan nilai moderasi beragama dengan bahasa ringan, seperti menjaga kerukunan di tengah perbedaan. Kali ini terbalik, giat moderasi berasa pengajian. Akhirnya saya ajak ‘guyon’ saja yang penting pesan tersampaikan. Slide yang sudah saya siapkan, 80 % tidak saya pakai. Bagaimana mungkin berhadapan ibu-ibu PKK (tanpa mengurangi rasa hormat) diberi teori The map not is the theritory, tangga penyimpulan (ladder of inference) , three voices three open, ice berg, ‘gak nyambung’ dan tidak bijak.

Tapi bagaimanapun saya mengapresiasi giat ini, karena mereka adalah gress root, basis massa yang harus paham dan peka terhadap lingkungan. Lalu apa hubungan MB dan Kewaspadaan Dini. Dalam Pasal 1 angka 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2018 tentang Kewaspadaan Dini (KD) di Daerah dinyatakan bahwa ”Kewaspadaan Dini adalah serangkaian upaya/tindakan untuk menangkal segala potensi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dengan meningkatkan pendeteksian dan pencegahan dini”. Salah satu tujuan KD adalah mencegah konflik.

Dalam hal ini ada beberapa irisan antara MB dan KD. Pertama, Konflik berawal dari perbedaan cara pandang. Ini harus dilakukan teknik udar asumsi. Setiap data mempunyai makna, namun bisa saja data berubah, yang kemungkinan tanpa kita ketahui. Maka diperlukan refleksi, tabayyun dan klarifikasi, jangan mudah percaya.

Moderasi Beragama dan Kewaspadaan Dini

Kedua, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Namun, dalam ‘scenario thinking’ kita belajar memahami indikator atau gejala positif dan negatif dan pembelokannya. Di sini kita belajar dari dua pola keberagamaan, eksklusif dan inklusif. Sejak dini, potensi harus diantisipasi.

Ketiga, KD akan membaca gejala di masyarakat. Dalam MB kita diingatkan bahaya bias kognitif, salah satunya tidak boleh menyepelekan hal terkecil sekalipun (oversimplificatin). Meskipun tidak boleh berlebihan dalam menyikapi segala seauatu, kewaspadaan tetap menjadi prinsip utama.

Keempat, di KD sejatinya sudah ada forum. Forum lintas elemen dengan tujuan yang sama dan tergabung menjadi satu merupakan perwujudan nilai universal kemanusiaan, kesetaraan, dan kemaslahatan. Anggota forum tidak melihat latar tapi tujuan.

Kelima, tergabungnya forum-forum kecil dari unsur tokoh agama, masyarakat, politisi dan birokrasi dan didukung anggaran, merupakan ekosistem moderasi beragama berbasis kewaspadaan dini. Jika peran peran aktor berjalan, segala potensi akan terdeteksi sejak awal, dan pada akhirnya kemungkinan terburuk bisa dihindari.

Kesimpulan bisa diambil adalah banyak peluang program di Kementerian/Lembaga yang bisa disinergikan dengan moderasi beragama. Kelima irisan tersebut mempertegas bahwa MB dan KD tidak bisa dipisahkan. Selain itu, MB tidak saja masuk di kalangan menengah tapi juga bisa masuk di akar rumput dengan bahasa yang sederhana, mudah dipahami.

Baca Juga

  1. NU.or.id – “Pesantren Hijau Wujud Penerapan Ekoteologi, Satu Santri Satu Pohon”
  2. Kemenag Sumbar – “Gerakan Ekoteologi Satu Santri Satu Pohon Resmi Diluncurkan di Kota Solok”
  3. Schoolmedia.id – “Awali Gerakan Ekoteologi Pesantren Satu Santri Satu Pohon”
  4. Kemenag.go.id – “Menag Ajak Santri Jadi Pelopor Ekoteologi dan Ekonomi Umat”
  5. Dataloka.id – “Jumlah Santri di Indonesia pada 2025/2026”
  6. Dataloka.id – “Jumlah Pondok Pesantren di Indonesia 2025 Capai 42.391”
  7. Mosaic-Indonesia.com – “Gerakan Ekoteologi Kemenag Usung Eco-Masjid Hingga Wakaf Hutan”
  8. Mosaic-Indonesia.com – “Pesantren Hijau: Upaya Menjaga Bumi Ala Santri”
  9. Yokersane.com – Program Satu Santri Satu Pohon Ekoteologi Kemenag
  10. Yokersane – Moderasi Beragama dan Pancasila: Fondasi Keharmonisan Indonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

POPULER

Paling Banyak Dibaca